Sunday, April 7, 2019




Politik, hampir seperti jual-beli. Tawar menawar kebijakan antara calon pemilih dan orang yang bakal dipilih. Sebagian menawarkan kebijakan yang semuanya mudah untuk rakyat, rakyat adil dan makmur sentausa. Ya, memang idealnya demikian semua orang juga berharap demikian. Tak ada orang yang berharap hidupnya susah.

Ada kalanya pula para calon menjual masa lalu yang dianggapnya masih laris karena masa keemasan seorang pemimpin yang masanya pernah mereka nikmati, salah satunya eyang Soeharto yang legendaris itu.

Memang, sebagian orang menganggap bahwa eranya eyang Soeharto adalah era keemasan bagi orang-orang tertentu yang menikmati keemasannya pula era keemasan bagi keseluruhan rakyat Indonesia yang tidak tahu apa-apa soal informasi dunia luar kala itu. Namun bagi orang yang mengetahui banyak informasi dunia luar maka eranya eyang adalah era kegelapan yang pantas dikoreksi dan tidak pantas untuk diulangi.

Meski penuh dengan kontroversi yang sedemikian rupa, masih ada pula calon legisllatif yang berusaha menjajakan Soeharto. Seakan Soeharto adalah jajanan yang masih laris dikalangan rakyat dengan tagline yang fenomenal "enak jamanku to?"

Namun, apa benar jaman itu memang jaman enak? Belum tentu. Jika memang jaman itu jaman enak, kenapa Soeharto dipaksa untuk turun dan mereka yang memaksanyapun rela berkorban hal-hal yang bisa mereka korbankan, termasuk nyawa?

Caleg yang menjajakan Soeharto ini kemungkinan, leluhurnya adalah orang yang ikut menikmati manisnya era Soeharto, atau orang ya g memiliki.kelas khusus pada era itu. Dan kelas mereka terpaksa jatuh seiring jatuhnya Soeharto. Dan mereka ingin kembali menikmati era itu dengan menjual Soeharto.

***

Tulisan gak penting

Dimohon komentator menggunakan bahasa yang sopan. Tidak merendahkan, memojokkan dan melecehkan kelompok lain. Terima Kasih
EmoticonEmoticon