Sunday, April 28, 2019



Seorang kawan, penjual sate tahu, Mahasiswa pasca sarjana disalah satu kampus di kota kami mencoba peruntungan dengan mendaftarkan diri sebagai calon legislatif melalui partai baru yang belum dikenal masyarakat luas di daerah kami. Seperti perkiraan kami sebelumnya, dia gagal masuk kualifikasi karena jumlah suara tidak memenuhi sarat, senasib dengan partainya yang tak lolos ke Senayan.

Dia sedih? Tampaknya tidak, seperti petinggi partainya. Tampaknya momen ini bagi dia adalah kegagalan yang membanggakan. Dia masih tetap tertawa terbahak-bahak, seperti tak terjadi apa-apa.
Karena dia tidak menampakkan kekecewaan karena kalah, maka kami menjadikannya bahan tertawaan dalam forum ngopi kami. Bahkan kami cenderung membully-nya.

Diantara bully-an kami pada caleg dan partai yang gagal tersebut ada beberapa poin yang bagi saya pantas untuk dicatat disini sebagai bahan untuk lucu-lucuan dimasa depan.

Menurut kawan kami ini kegagalan dia dan partainya dalam meramaikan jagad legislatif Indonesia bukan berarti akhir dari segalanya, masih ada pemilu tahun 2024 yang menurutnya pantas untuk diperjuangkan mulai dari sekarang.
Kekalahan bagi dia memberikan pelajaran bahwa mereka tidak kuat di tataran akar rumput. Mereka hanya melakukan pendekatan masyarakat tanpa menyentuhnya secara langsung. Sehingga hal ini perlu dikaji ulang.

Dalam hal keterkenalan, partai politik, terutama partai politik baru, tidak memiliki kesiapan yang utuh dalam menyentuh dan memperkenalkan diri di masyarakat tingkat bawah, terlebih amunisi mereka -dalam hal ini dana- sangat terbatas bahkan bisa dibilang minim. Maka hendaknya partai politik sejenis ini menggunakan cara yang minim dana tapi menghasilkan. Maka, yang perlu dilakukan adalah melakukan pendekatan kepada masyarakat selama lima tahun kedepan dengan mengadakan kegiatan pemberdayaan masyarakat secara personal dalam bidang sosial ekonomi untuk mewujudkan masyarakat yang berdaulat.

Pemberdayaan yang dimaksud, bisa berbentuk pendampingan dan pengembangan sumber daya manusia dalam bidang ekonomi yang sesuai dengan kondisi sekitar partai yang bersangkutan berada. Misalnya, jika partai yang bersangkutan ingin dikenal masyarakat pertanian maka partai mengadakan pendampingan serta pelatihan pertanian yang sesuai dan siap menghadapi zaman yang kian berkembang. Bukan hanya mendampingi dan melatih bertani namun juga melatih masyarakat dalam bidang manajemen pertanian.

Dengan demikian, masih kata caleg gagal teman saya tadi, cita-cita menuju masyarakat berdaulat bisa dicapai bersama. Masyarakat yang berdaulat diharapkan kelak bisa memilih wakil rakyat dan partai bukan karena politik uang atau kampanye janji manis lima tahunan, namun karena track record partai dan kepribadian caleg yang bersangkutan. (KNR)

Dimohon komentator menggunakan bahasa yang sopan. Tidak merendahkan, memojokkan dan melecehkan kelompok lain. Terima Kasih
EmoticonEmoticon