Friday, January 5, 2018




"Musik adalah bentuk ekspresi kemerdekaan maka tidak bisa dibungkam" 
~Goenawan Mohammad~


Masih ingatkah pembaca dengan band legendaris 'Koes Plus'? 
Hari ini penggemar lagu Koes Plus dilanda duka yang mendalam dengan berita meninggalnya Yoen Koeswoyo pada 4 Januari 2018, sang vokalis sekaligus gitaris 'Koes Plus'. Menurut berbagai literatur, Yoen dikabarkan mengidap penyakit sesak napas. Bahkan demi pengobatan dirinya, ia pernah menggelar konser bertema 'Andaikan Koes Plus Datang Kembali' di Jakarta Pusat 2016 silam. 

Yoen lahir di Tuban Jawa Timur pada tahun 1940. Ia pun termasuk keturunan ketujuh dari Sunan Muria. Ibunya merupakan keturunan dari bupati Tuban ketika masa penjajahan Belanda. Karena sudah banyak sekali artikel yang menceritakan tentang biografi dan perjalanan hidupnya, saya tidak akan menulis lebih banyak tentang hal itu. Lalu adakah sisi lain yang lebih menarik dari band Koes Plus?

Baiklah, saya mulai menulis artikel ini setelah menonton berita di televisi tentang meninggalnya Yoen. Setelah melihat dan membaca artikel-artikel terkait, saya menemukan sesuatu yang menarik dari band Koes Plus, yaitu kegigihannya dalam membebaskan diri dari cengkeraman penguasa dengan berkarya. Menurut cerita literatur, Koes Plus seringkali disekap dan dipenjara ketika zaman orde lama. Bahkan lagu Koes Plus dikecam dan personilnya sempat masuk bui karena dinilai lagu-lagunya bersifat kebarat-baratan. 

Seperti yang ditulis oleh Goenawan Muhammad, musik adalah bentuk ekspresi kemerdekaan, maka tidak bisa dibungkam. Ini membuktikan bahwa proklamasi kemerdekaan 1945 ketika itu belum benar-benar merdeka. Karena kemerdekaan belum menjadi milik setiap orang atau individu. Bahkan kebebasan dan kemerdekaan belum menjadi milik para seniman; musik, sastra, dan sebagainya.

Pemusik yang benar-benar seniman, tidak akan mundur dengan segala bentuk halangan dan ancaman. Karena seorang seniman berekspresi melalui karyanya. Ia melakukan pekerjaan berkarya semata mata tidak untuk mendapatkan uang, akan tetapi karena atas dasar 'kecintaannya'.

Band ini tidak berhenti berkarya meski banyak pagar duri melintang. Band yang sebelumnya bernama Koes Bersaudara ini terus berkarya dan berkibar di tahun 60-an meski kondisi kehidupan mereka terancam kesulitan perekonomian. Sehingga beberapa personil pun memutuskan untuk berhenti bermusik dan memilih usaha sampingan. Yoen sendiri tidak patah semangat, ia tetap bermusik hingga akhir hayatnya. Bahkan untuk membayar pengobatan rumah sakit dan check up pun ia mendapatkan solusi dengan menggelar musik.

Selain sebagai lahan seni, pengalaman Yoen tersebut menggambarkan bahwa musik menghasilkan sesuatu untuk mempertahankan hidup. Karena disebut sebagai legendaris, maka banyak deretan musisi yang sangat menghormati Yoen, bahkan ikut membantu pengobatan penyakitnya. Ini merupakan bentuk perasaan atau emosi sejiwa dan seprofesi sebagai seorang pemusik. 

Para penggemar penyanyi lagu "Andaikan kau datang" itu sangatlah berduka. Saya sendiri yang tidak begitu menggilai band ini pun turut berbela sungkawa atas meninggalnya Yoen Koeswoyo. Dengan diangkatnya nyawa, semoga menjadikan diangkat pula penderitaannya. Semoga Yoen tersenyum bahagia di sisi Tuhan. 

by 'semut ireng'

Dimohon komentator menggunakan bahasa yang sopan. Tidak merendahkan, memojokkan dan melecehkan kelompok lain. Terima Kasih
EmoticonEmoticon